Minggu, 29 Maret 2009

(balasan "Sang raja kebenaran")


"Mari amati"


Biarkan kini para pelakon politik memainkan operetnya
kita amati dari kejauhan
memilih yang berhak kita pilih
jika tak ada pun yang kita pilih
lebih baik diam
karena diam hak semua orang
dari pada ramai dalam kata
namun nihil dalam sikap

wsa

(Balasan puisi "Illah")


" Setia yang dicari"

Semakin manusia mencari sebuah kesetiaan
maka apa yang dicarinya semakin tak tampak
baiknya mohon pada-Nya agar tetap Ia setia
dan tak menjauhi kita.
wsA

teruntuk situ gintung


"Luka di tubuh Situ Gintung"



kepergian mereka membawa luka bagi yang ditinggalkan
luka yang tak mungkin sembuh hanya dengan posko bencana yang dibuat oleh partai-partai
yang mengambil kesempatan dari kelukaan mereka
apa guna bendera partai bagi mereka?
lebih baik mencopotnya dan menjadikan sandang untuk kulit dinginnya
mana arti keikhlasan?
yang ada hanya kepalsuan yang berbau TAHI
panjatkan doa dan ketulusan bantuan
semoga yang pergi meninggalkan bumi tenang di sisi_NYA

wsa

Bumi sudah tua


“Bumi sudah tua”

Bumi sudah tua
di masa tuanya ia hanya mampu memendam kecewa
betapa tidak
ia dahulu yang penuh cinta memberikan tanahnya, airnya, udaranya untuk kita
namun semuanya bak susu dibalas air tuba
kita seakan memerasnya
tak tahu diri atas apa yang telah ia berikan
kita hanya bisa meminta tanpa bisa memberi
memperkosa air bumi
memperkosa hutan
memperkosa udara
ia kini sakit dan kecewa
hanya tinggal menunggu ajal menjemputnya

mungkin kini ia hanya bisa berdoapada Tuhan Yang Maha Kuasa
semoga kita tak lebih menyakitinya
tak lebih mengeksploitasinya
tak lebih meminta yang lebih
ia lelah dengan perangai manusia-manusia jahat

ia belum melampiaskan kemarahanya dengan penuh
ia baru menyentil kita
ia belum menampar kita hingga darah menetes dari bibir kita
sampai kapan ia sanggup menahan semua siksa
karena siksanya akan membaw petaka kepada kita

bersiaplah......
ia sedang menunggu ajalnya

wsa

hitam putih



“Hitam putih”

Hitam
Putih
Abu-abu

Hitam berjubah emosi
Putih berjubah ketulusan
Abu-abu berjubah kemunafikan

Aku memakainya
Engkau ????????????


Wsa

Penyair Kelingking


“Puisi kelingking naik daun”

Puisi kelingking naik daun
Selalu ada yang berbisik di tiap sisi
Meludahi dengan kata
Kata-kata bak tahi manusia

Kelingking begitu kecil
Bukan berarti tak punya arti
Ia meramaikan jemari
Membantu jemari

Puisi kelingking naik daun
Semua berebut menjadi guru
Menampar dengan seringaian
Seringaian bak tersedak biji cabai

Kelingking begitu kecil
Punya arti bagi yang mengerti
Satu hari akan dibutuhi
Dan pada waktunya akan kasta sejajar dengan kawanan jemari lainnya

Puisi kelingking naik daun
wsa